TEMPO.CO, Jakarta - Dikutip dari TikTok Antaranews.com, lagu Tanah Airku dinyanyikan usai Timnas Indonesia bertanding melawan Arab Saudi di Gelora Bung Karno (GBK), pada 19 November 2024. Para pemain, staf pelatih, dan puluhan ribu pendukung kompak menyanyikan lagu ciptaan Ibu Soed ini usai mengalahkan Arab Saudi.
Tak hanya dalam pertandingan melawan Arab Saudi, lagu Tanah Airku selalu dinyanyikan ketika Timnas Indonesia usai bertanding dengan tim lain.
Menyanyikan lagu Tanah Airku usai Timnas Indonesia bertanding di GBK seolah menjadi tradisi. Berikut sosok pencipta lagu Tanah Airku, yaitu Saridjah Niung atau Ibu Soed.
Profil Ibu Soed
Pemilik nama asli Saridjah Niung ini lahir pada 26 Maret 1908 di Sukabumi, Jawa Barat. Ayah kandung Saridjah bernama Mohamad Niung yang bekerja sebagai pelaut dan pengawal J.F. Kramer, pensiunan Vice President Hoogerechtshof (Wakil-Ketua Mahkamah Agung) Jakarta. Bahkan, Kramer juga mengangkat Saridjah sebagai anak angkat.
Berdasarkan digilib.isi.ac.id, latar belakang Kramer sebagai Indo-Belanda membuat Saridjah dididik untuk menjadi patriotis dan mencintai bangsa. Selain itu, ia juga pertama kali mempelajari biola dan seni suara dari Kramer. Lalu, Saridjah melanjutkan sekolah di Hoogere Kweek School (HKS) Bandung untuk memperdalam ilmu seni musik. Setelah lulus, ia menjadi guru musik di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) pada 1925-1941. Dari sinilah, titik tolak dasar Saridjah memulai mengarang lagu.
Pada 1927, Saridjah menikah dengan pengusaha R. Bintang Soedibjo. Sejak menikah, namanya dikenal menjadi Saridjah Niung Bintang Soedibjo dan dipanggil Ibu Soed yang merupakan singkatan dari Soedibjo. Lalu, pada 1954, Bintang Soedibjo meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat BOAC di Singapura.
Sebelum sang suami meninggal dunia dan Indonesia merdeka, Saridjah sudah terjun dalam dunia musik. Saat menjadi guru di HIS, ia prihatin melihat anak-anak Indonesia yang kurang gembira karena diajarkan menyanyikan lagu berbahasa Belanda. Akibatnya, ia berusaha menyenangkan mereka dengan mengajarkan bernyanyi dalam Bahasa Indonesia. Dari sinilah, ia mulai menciptakan lagu-lagu bersifat ceria dan patriotik.
Selain dalam dunia musik, Saridjah juga dikenal memiliki keahlian dalam seni batik. Bahkan, MURI pernah memberikan penghargaan Satya Lencana Kebudayaan pada 11 September 2008 atas karya batiknya berjudul Perintis Batik Terang Bulan Arahan Bung Karno. Selain itu, ia juga pernah menulis naskah sandiwara berjudul Operette Balet Kanak-kanak Sumi.
Saridjah juga aktif sebagai anggota organisasi Indonesia Muda pada 1926 dan pengasuh siaran radio anak-anak pada 1927-1962. Ia pertama kali mengumandangkan suaranya di radio NIROM (Nederlandsch Indische Omroep Maateschappij) Jakarta pada 1927. Sebagai pemusik yang mahir memainkan biola, ia turut mengiringi Indonesia Raya bersama W.R. Supratman saat pertama kali dikumandangkan dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Pada 1993, Ibu Soed meninggal dunia dalam usia 85 tahun. Semasa hidupnya, ia telah menciptakan sekitar 200 lagu, seperti Burung Kutilang, Kereta Apiku, Menanam Jagung, Naik Delman, Naik-naik ke Puncak Gunung, Berkibarlah Benderaku, Bendera Merah Putih, dan Tanah Airku.
Dilansir Antara, Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Giwo Rubianto Wiyogo, pernah mengusulkan Saridjah Niung atau Ibu Soed sebagai pahlawan nasional. Usulan Ibu Soed menjadi pahlawan nasional sesuai dengan visi misi Kowani, yaitu meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia ke tingkat internasional.
Pilihan Editor: Google Rayakan Kelahiran Ibu Soed